BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
Dalam Al-Qur’an maupun dalam Hadist-hadist
banyak kita jumpai istilah-istilah yang berkaitan dengan kepemimpinan di
antaranya : Amir, Khalifah, Imamah dsb. ini berarti Islam telah lebih dahulu
mengetahui dan menetapkan mengani asas-asas kepemimpinan jauh sebelum para ahli
Barat membahasnya. Namun, berbagai teori yang digambarkan para ahli mengenai
kepemimpinan tak jarang membuat orang tidak memahami akan arti sebenarnya
tentang kepemimpinan dalam Islam. Sehingga hampir kebanyakan pemimpin saat ini,
telah lari dari arti kepemimpinan dalam
ajaran Islam.
Gaya kepemimpinan yang melanggar garis
ketetapan Allah, hanyalah menumbuhkan anarkisme dan keganasan hawaniah sebagaimana
disebutkan oleh Thomas Hobbes ”Homo Homini Lupus, Bulkum Omhium Contra Omnus”
”Manusia Akan Menjadi Pemangsa Manusia Yang Lainnya”.
Semua orang ingin jadi pemimpin ! Ribuan
orang mengharapkan dirinya menjadi seorang pemimpin. Mereka tidak pernah merasa
bahwa sebenarnya dirinya adalah seorang pemimpin. Hampir setiap orang menjadi
pemimpin di lingkungannya masing-masing. Terlepas dari besar kecilnya jumlah
orang dalam kelompok tersebut. Bahkan seorang manusia pun harus memimpin
dirinya sendiri untuk mengarahkan akan ke mana hidupnya.
Seringkali orang memahami kepemimpinan dalam
arti sempit sekali. Sehingga mereka mengetahui kepemimpinan adalah para
pemimpin negara, wilayah, perusahaan dsb. Ketidak sadaran inilah yang
mengakibatkan orang tidak mau mengembangkan ilmu kepemimpinannya. Ditambah
dengan jargon-jargon seperti : ”Saya ini rakyat kecil”, padahal ia adalah
seorang tukang becak hebat yang memimpin keluarganya dirumah. Yang bisa
menciptakan anak-anaknya untuk menjadi pemimpin yang besar. Sebagai seorang
khalifah (pemimpin) dimuka bumi.
Manusia telah diciptakan untuk menjadi
pemimpin dimuka bumi (dalam arti sempit dipahami sebagai pemimpin diri
sendiri). Namun, permasalahan yang terjadi, sudahkah semua pemimpin di dunia
ini mencerminkan konsep kepemimpinan sebagaimana yang digambarkan oleh Nabi
Muhammad SAW dalam tingkah laku dan keteladanan hidupnya ? Lalu, sebenarnya
bagaimana konsep kepemimpinan yang ditawarkan dalam Islam ?
Kepemimpinan dalam Islam adalah merupakan
Sunnatullah / ketetapan dari Allah SWT. Hal ini termaktub dalam Al-Qur’an : QS.
Al-Baqarah Ayat 30,
øÎ)ur
tA$s% /u
Ïps3Í´¯»n=yJù=Ï9
ÎoTÎ)
×@Ïã%y` Îû ÇÚöF{$#
ZpxÿÎ=yz ( (#þqä9$s%
ã@yèøgrBr&
$pkÏù
`tB ßÅ¡øÿã
$pkÏù
à7Ïÿó¡our
uä!$tBÏe$!$#
ß`øtwUur
ßxÎm7|¡çR x8ÏôJpt¿2
â¨Ïds)çRur y7s9
( tA$s% þÎoTÎ) ãNn=ôãr&
$tB w
tbqßJn=÷ès? ÇÌÉÈ
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para
Malaikat: "Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka
bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah)
di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah,
Padahal Kami Senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan
Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak
kamu ketahui."
Nabi Muhammad SAW Bersabda : “Ketahuilah
bahwa setiap kamu adalah pemimpin dan setiap pemimpin bertanggung jawab atas
kepemimpinannya. Setiap kepala negara adalah pemimpin dan ia bertanggung jawab
atas kepemimpinannya (rakyat). Seorang perempuan/ibu adalah pemimpin dalam
rumah tangga suaminya dan anak-anaknya; ia bertanggung atas kepemimpinannya.
Seorang pelayan/hamba sahaya adalah pemimpin atas harta tuannya dan ia
bertanggung jawab atas kepemimpinannya. Ketahuilah bahwa setiap kamu adalah
pemimpin dan masing-masing mempertanggungjawabkan atas kepemimpinannya.” (HR.
Bukhori, Muslim, Ahmad, Abu Dawud, Tirmidzi dari Ibnu Umar)
Melalui dua dalil ini dapat kita pahami
bahwasanya kepemimpinan adalah suatu ketetapan dari Allah SWT yang
keberadaannya tidak mungkin ditawar lagi. Adanya kepemimpinan dalam Islam di
dunia ini merupakan suatu keharusan yang mutlak.
Dari pemaparan penjelasan tentang
kepemimpinan di atas, dapat dikatakan bahwa suatu lembaga pendidikankan juga
perlu kepemimpinan, pengelolaan kepemimpinan yang baik akan menentukan baik dan
berkualitasnya suatu lembaga pendidikan. Kepala Negara yang baik lahir dari
masyarakat yang baik, masyarakat yang baik lahir dari keluarga yang baik pula,
dan keluarga yang baik lahir dari individu-individu yang baik. Pertanyaannya,
apakah kepribadian baik itu akan datang sendiri, ? Tidak, semua butuh peruses,
inilah tugas dan kewajiban suatu lembaga pendidikan, untuk menghasilkan
kader-kader anak didik yang berkualitas, bermoral, berahlak baik, dan amanah
seperti yang telah di contohkan oleh baginda Nabi Muhammad SAW.
Mutu
pendidikan atau mutu sekolah tertuju pada mutu lulusan. Merupakan sesuatu yang
mustahil, apabila pendidikan atau sekolah menghasilkan lulusan yang bermutu,
jika tidak melalui proses pendidikan yang bermutu pula. Merupakan sesuatu yang
mustahil, terjadi proses pendidikan yang bermutu jika tidak didukung oleh
faktor-faktor penunjang proses pendidikan yang bermutu. Proses pendidikan yang
bermutu harus didukung oleh personalia, seperti administrator, guru, dan tata
usaha yang bermutu dan profesional. Hal tersebut didukung pula oleh sarana dan
prasarana pendidikan, fasilitas, media, serta sumber belajar yang memadai, baik
mutu maupun jumlahnya, dan biaya yang mencukupi, manajemen yang tepat, serta
lingkungan yang mendukung. Mutu pendidikan bersifat menyeluruh, menyangkut
semua komponen, pelaksana, dan kegiatan pendidikan, atau disebut sebagai mutu
total atau “Total Quality”. Adalah sesuatu yang tidak mungkin, hasil pendidikan
yang bermutu dapat dicapai hanya dengan satu komponen atau kegiatan yang
bermutu. Kegiatan pendidikan cukup kompleks, satu kegiatan, komponen, pelaku,
waktu, terkait, dan membutuhkan dukungan dari kegiatan, komponen, pelaku, serta
waktu lainnya.
Saat ini, mutu menjadi satu-satunya hal yang sangat penting dalam pendidikan, bisnis dan pemerintahan. Kita semua mengakui, saat ini memang ada masalah dalam sistem pendidikan. Lulusan SMA atau perguruan tinggi tidak siap memenuhi kebutuhan masyarakat. Para siswa yang tidak siap menjadi warga negara yang bertanggung jawab dan produktif itu, akhirnya hanya akan menjadi beban masyarakat. Para siswa itu adalah produk sistem pendidikan yang tidak terfokus pada mutu, yang akhirnya hanya memberatkan anggaran kesejahteraan sosial. Banyak masalah mutu dihadapi dalam dunia pendidikan, seperti mutu lulusan, mutu pengajaran, bimbingan dan latihan dari guru, serta mutu profesionalisme dan kinerja guru. Mutu-mutu tersebut terkait dengan manajerial para pimpinan pendidikan, keterbatasan dana, sarana dan prasarana, fasilitas pendidikan, serta dukungan dari pihak-pihak yang terkait dengan pendidikan. Semua kelemahan mutu dari komponen-komponen pendidikan tersebut berujung pada rendahnya mutu lulusan.
Saat ini, mutu menjadi satu-satunya hal yang sangat penting dalam pendidikan, bisnis dan pemerintahan. Kita semua mengakui, saat ini memang ada masalah dalam sistem pendidikan. Lulusan SMA atau perguruan tinggi tidak siap memenuhi kebutuhan masyarakat. Para siswa yang tidak siap menjadi warga negara yang bertanggung jawab dan produktif itu, akhirnya hanya akan menjadi beban masyarakat. Para siswa itu adalah produk sistem pendidikan yang tidak terfokus pada mutu, yang akhirnya hanya memberatkan anggaran kesejahteraan sosial. Banyak masalah mutu dihadapi dalam dunia pendidikan, seperti mutu lulusan, mutu pengajaran, bimbingan dan latihan dari guru, serta mutu profesionalisme dan kinerja guru. Mutu-mutu tersebut terkait dengan manajerial para pimpinan pendidikan, keterbatasan dana, sarana dan prasarana, fasilitas pendidikan, serta dukungan dari pihak-pihak yang terkait dengan pendidikan. Semua kelemahan mutu dari komponen-komponen pendidikan tersebut berujung pada rendahnya mutu lulusan.
B. Rumusan
Masalah
1. Apa
Tujuan Administrasi dan Supervisi ?
2. Bagaimana
Cara Mengelola suatu lembaga pendidikan yang berkualitas ?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
ADMINISTRASI
1. Pengertian
Administrasi
Kata “administrasi” berasal dari
bahasa latin yang terdiri atas kata ad dan ministrate. Kata ad mempunyai arti
yang sama dengan kata to dalam bahasa inggris , yang berarti “ke” atau “kepada”
dan ministrate sama artinya dengan kata to serve atau to conduct yang berarti”
melayani”, “membantu”, “mengarahkan”.
Dalam bahasa inggris to administer berarti pula mengatur ,
memelihara (to after) dan mengarahkan (Drs. The Liang Gie, 1978, Pengertian
Kedudukan dan Perincian Ilmu Administrasi. Karya Kencana, Yogyakarta, hal: 9)
Beberapa rumusan tentang pengertian administrasi pendidikan
dikemukakan antara lain;
Monre (1952), administrasi pendidikan adalah pengarahan,
pengawasan, pengelolaan, segala hal yang berkaitan dengan sekolah,
termasukadministrasi pembiayaan. Dalam arti segala aspek yang berkaitan dengan
sekolah harus dipertimbangkan untuk mencapai tujuan pendidikan.
Roring (1966), administrasi pendidikan dapat diartikan pula
sebagai pelaksanaan pimpinan yang mewujudkan aktivitas kerja sama yang efektif
bagi tercapainya tujuan pendidikan.
Nasution (1972), administrasi pendidikan adalah suatu proses
keseluruhan, semua kegiatan, bependidikan adalah proses memanfaatkan sumber
daya pendidikan melalui kerjasama sejumlah orang dengan melaksanakan fungsi
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi, untuk mencapai tujuan pendidikan secara
efektif dan efisien.
Kurikulum SMP (1975), administrasi pendidikan adalah segala usaha bersama
untuk mendayagunakan semua sumber (personal maupun materil) secara efesien guna
menunjang tercapainya tujuan pendidikan .
Nawawi (1983), administrasi pendidikan adalah rangkaian kegiatan
atau keseluruhan proses pengendalian usaha kerjasama sejumlah orang untuk
mencapai tujuan pendidikan secara berencana dan sistematis yang diselenggarakan
di lingkungan tertentu terutama berupa lembaga pendidikan formal.
Pendapat pakar tentang administrasi hampir
ada kesamaan, seperti
Suharsimi Arikunto, administrasi adalah usaha
bersama sekelompok manusia untuk mencapai tujuan organisasi secara efektif dan
efesien dengan menggunakan segala dana dan daya yang ada.
Sondang P. Siagian menyatakan bahwa
adminsitrasi pendidikan adalah keseluruhan proses pelaksanaan dari keputusan
yang telah diambil dan dalam pelaksanaannya dilakukan oleh lebih dari dua orang
, hal tersebut dilakukan untuk mewujudkan tujuan yang telah ditetapkan.
Asnawir administrasi pendidikan merupakan
aplikasi dari ilmu administrasi dalam kegiatan pembinaan, pengembangan dan
pengendalian usaha-usaha pendidikan yang diselenggarakan dalam wujud kerjasama
sejumlah orang dengan menggunakan segala sarana dan prasarana yang ada baik
moral maupun material dan spiritual guna mencapai tujuan pendidikan secara efektif
dan efesien.
Di sisi lain, administrasi merupakan
usaha mengatur, mengendalikan, mengerakkan. Dari pengertian ini dapat dicermati
bahwa administrasi merupakan kerja manajemen, dengan demikian inti dari
administrasi adalah manajemen. Administrasi dikatakan sebagai inti dari
manajemen karena dalam melaksanakan manajemen selalu berhubungan dengan
manajemen itu sendiri. Dengan demikian dapat dinayatakan bahwa ketika
administrasi tidak ada manajemen maka administrasi tidak akan jalan. Dengan
demikian manajemen menentukan hasil dari tujuan administrasi tersebut. Jika
tidak ada manajemen yang baik maka administrasi tidak akan berjalan dengan
baik, karena pada dasarnya dalam melaksanakan tugas-tugas administrasi
membutuhkan manajemen yang baik dan benar sesuai dengan kaidah yang ada.
2.
Dasar
Administrasi
Adapun
dasar administrasi adalah sebagai berikut,
a) Efesiensi,seorang
administrasi akan berhasil dalam tugasnya bilamana dia efesien
dalam menggunakansemua sumber tenaga dana dan fasilitas yang ada.
b) Prinsip
pengelolaan,administrator akan memperoleh yang paling efektif dan efesien
melalui orang lain dengan jalan melakukan pekerjaan menejemen yakni
merencanakan ,mengorganisasikan,mengarahkan dan mengontrol.
c) Prinsip
mengutamakan tugas pengelolaan,maksudnya adalah sebagai petugas seorang
administrator harus mengutamakan tugas pokonya ketimbang tugas lain yang
sifatnya penunjang.
d) Prinsip
kepemimpinan yang efektif yakni memperhatikan dimensi-dimensi
hubungan antar manusia (human relationship) ,dimensi pelaksanaan tugas
dan dimensi situasi(sikon) yang ada.
e) Prinsip kerja sama,seorang administrator akan
berhasil baik dalam tugasnya bila ia mampu mengemban kerja sama di antara
orang-orang yang terlibat, baik secara horixontal maupun secara vertical.
3.
Tujuan
Administrasi Pendidikan
Tujuan administrasi pendidikan adalah
agar semua kegiatan yang mendukung tercapainya tujuan pendidikan. Kemudian
menurut Sergiovani dan Carver adalah efektivitas
produksi,efesien,kemampuan menyesuaikan diri,dan kepuasan kerja.
Sedangkan tujuan administrasi
pendidikan di Indonesia yang dilaksanakan di sekolah juga bersumber dari tujuan
pendidikan Nasional yang digariskan dalam GBHN adalah meningkatkan ketaqwaan
kepada Tuhan yang Maha Esa,mempertinggi budi pekerti,atau memiliki kepribadian mempertebal
semangat kebangsaan agar menjadi manusia pembangunan ,memiliki kecerdasan serta
terampil.
4.
Bidang
Garapan Administrasi.
a)
Administrasi tata laksana
sekolah yang meliputi;
v Organisasi
dan Struktur
v Otorisasi
dan anggaran
v Kepegawaian
v Perlengkapan
dan perbekalan
v Keuangan
dan pembukuan
v Korespondensi/surat
menyurat
v Laporan
v Pengangkatan,penempatan
dan pemindahan serta pemberhentian
v Pengisian
buku pokok (induk) raport dsb.
b)
Administrasi personal guru
dan pegawai sekolah melipuiti;
v Pengangkatan
dan penempatan guru
v Organisasi
personal guru
v Masalah
kepegawaian dan kesejahteraan guru
v Rencana
orientasi bagi tenaga guru baru
v kondiute
dan penilaian kemajuan guru
v Inserrvise
training dan up-grading guru.
c)
Administrasi murid
melipuiti;
v Organisasi
dan perkumpulan murid
v Masalah
kesehatan dan kesejahteraan murid
v penilaian
dan pengukuran murid
v Bimbingan
dan penyuluhan.
d)
Supervisi Pengajaran
meliputi;
v Usaha
membangkitkan dan merangsang semangat guru
v Usaha
mengembanngkan,mencari dan menggunakan metode baru
v Mengusahakan
cara-cara menilai hasil pendidikan dan pengajaran
v Usaha
mempertinggi mutu dan pengalaman guru.
e)
Pelaksanaan dan pembinaan
kurikulum meliputi;
v Mempedomani
dan merealisasikan apa yang tercantum dalam kurikulum
v Menyusun
dan melaksanakan organisasi kurikulum beserta materi,sumber Dan metode.
v Menuruti
atau megikuti kurikulum yang sudah ada juga berhak atau boleh Memilih
atau menambah materi atau metode yang sesuai dengan kebutuhan.
f)
Pendirian dan perencanaan
bangunan sekolah meliputi;
v cara
memilih letak dan menentukan luas tanah yang dibutuhkan
v Mengusahakan
merencanakan dan menggunakan pendirian gedung sekolah
v Menentukan
jumlah dan luas ruangan kelas,kantor,asrama ,lapangan olah Raga halaman
sekolah dll.
v Cara
penggunaan sarana dan prasarana serta pemeliharaannya dan lain2.
g)
Hubungan masyarakat
meliputi;
Hal
ini hubungan antara sekolah dengan sekolah ,pemerintah/instransi yang
Terkait,dan hubungan masyarakat pada umumnya.
5. Fungsi
fungsi Administrasi Pendidikan
Untuk
mendapatkan gambaran yang jelas tentang fungsi administrasi pendidikan adalah
sebagai berikut;
a)
Perencanaan.
Setiap
program ataupun konsepsi memerlukan perencanaan terlebih dahulu sebelum
melaksanakan.Perencanaan adalah cara menghampiri masalah. Dalam penghampiran
masalah itu si perencana berbuat merumuskan apa saja yang harus dikerjakan dan
bagaimana mengerjakannya.
Perencanaan
merupakan sarat mutlak bagi kegiatan administrasi,tanpa perencanaan suatu
kegiatan akan mengalami kesulitan dan bahkan kegagalan dalam mencapai tujuan
yang diinginkan.
Didalam
kegiatan perencanaan ada dua factor yang harus diperhatikan ,yaitu factor
tujuan dan factor sarana ,baik sarana personal maupun sarana material.
Sedangkan
langkah-langkah dalam perencanaan meliputi;
1.
Menentukan dan merumuskan
tujuan yang hendak dicapai.
2.
Meneliti masalah –masalah
atau pekerjaan-pekerjaanyang akan dilakukan
3.
Mengumpulkan data-data dan
informasi yang diperlukan.
4.
Menentukan tahap-tahap atau
rangkaian tindakan.
Merumuskan bagaimana
masalah-masalah itu akan dipecahkan dan bagaimana pekerjaan-pekerjaan itu akan
diselesaikan.
Syarat-syarat
perencanaan adalah sebagai berikut;
1.
Perencanaan harus
didasarkan atas tujuan yang jelas.
2.
Bersifat sederhana
,realitas dan jelas.
3.
Terinci memuat segala
uraian serta klasifikasi kegiatan dan rangkaian tindakan sehingga mudah
dipedomani dan dijalankan.
4.
Memilki fleksibelitas
sehingga mudah disesuaikan dengan kebutuhan serta situasi dan kondisi
sewaktu-waktu.
5.
Terdapat pertimbangan
antara bermacam-macam bidang akan digarap dalam perencanaan itu .Menurut urgensi
masing-masing.
6.
Diusahakan adanya
penghematan tenaga,biaya,dan waktu serta kemungkinan penggunaan sumber daya dan
dana yang tersedia dengan sebaik-baiknya,
7.
Diusahakan agar sedapat
mungkin tidak terjadi adanya duplikasi pelaksanaan.
Dengan kata lain perencanaan
dapat berarti pula memikirkan tentang penghematan tenaga,biaya dan waktu,juga
membatasi kesalahan –kesalahan yang mungkin terjadi dan menghindari adanya
duplikasi-duplikasi atau tugas-tugas /pekerjaan rangkap yang dapat menghambat
jalan penyelesaiannya.
b) Pengorganisasian.
Pengorganisasian merupakan
aktivitas menyusun dan membentuk hubungan-hubungan kerja antara orang-orang
sehingga terwujudnya suatu kesatuan usaha dalam mencapai tujuan-tujuan yang
telah ditetapkan.
Pengorganisasian sebagai
fungsi adminiatrsi pendidikan menjadi tugas utama bagi para pemimpin pendidikan
termasuk kepala sekolah,terutama dalam kegiatan sehari-hari di sekolah terdapat
berbagai macam pekerjaan yang memerlukan kecakapan dan ketrampilan dan tanggung
jawab yang berbeda-beda.
Kemudian yang perlu
diperhatikan dalam pengorganisasian antara lain ialah pembagian tugas,wewenang
dan tanggung jawab ,hendaknya disesuaikan dengan
pengalaman,bakat,minat,pengetahuan dan kepribadian masing-masing orang-orang
yang diperlukan dalam menjalankan tugas.
Fungsi Organisasi dapat
diartikan bermacam-macam yaitu;
1.
Sebagai pemberi struktur
terutama dalam penyusunan /penempatan personal,pekerjaan-pekerjaan materilan
dan pikiran=pikirandi dalam struktur.
2.
Sebagai menetapkan hubungan
antara orang –orang,kewajiban-kewajiban,hak-hak dan tanggung jawab
masing-masing anggota disusun menjadi pola-pola kegiatan yang tertuju pada
tercapainya tujuan .
3.
Sebagai alat
untukmempersatukan usaha-usaha untuk menyelesaikan pekerjaan.
Organisasi yang baik hendaklah memiliki
cirri-ciri atau sifat sebagai berikut;
1.
Memiliki tujuan yang jelas.
2.
Tiap anggota memahami dan
menerima tujuan tersebut.
3.
Adanya kesatuan arah
sehingga dapat menimbulkan kesatuan tindakan dan kesatruan pikiran.
4.
Adanya kesatuan
perintah,para bahwahan hanya mempunyai seorang atasan langsung daripadanya ia
menerima perintah atau bimbingan dan kepada siapa ia harus mempertanggung
jawabkan hasil pekerjaannya.
5.
Adanya keseimbangan antara
wewenang dan tanggung jawab masing-masing anggota.
6.
Adanya pembagian tugas atau
pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan,keahlian dan bakat
masing-masing.Sehingga dapat menimbulkan kerja sama yang harmonis dan
kooperatif.
Pengkoordinasian,
Adanya
bermacam- macam tugas/pekerjaan yang dilakukan oleh banyak orang ,memerlukan
adanya koordinasi dari seorang pemimpin.
Adanya
koordinasi yang baik dapat menghindarkan kemungkinan terjadinya persaingan yang
tidak sehat atau kesimpang siuran dalam tindakan.
Kita
mengetahui bahwa rencana/program-program pendidikan yang harus di laksanakan
di-sekolah-sekolah sifatnya sangat kompleks dan sangat mengandung banyak segi
yang saling bersangkut paut satu sama lain.
Sifat
komplek yang dipunyai oleh program pendidikan di sekolah menunjukkan sangat
perlunya tindakan-tindakan yang di koordinasi kan atau dengan kata lain
koordinasi ialah aktivitas membawa orang-orang
material.pikiran-pikiran,tehnik-tehnik,tujuan-tujuan kedalam hubungan yang
harmonis dan produktif dalam mencapai suatu tujuan.
Komunikasi.
Komunikasi
dalam setiap bentuk adalah suatu proses yang hendak mempengaruhi sikap dan
perbuatan orang-orang dalam struktur organisasi.
Kemudian
didalam komunikasi diperlukan motivasi dengan memperhatikan unsure-unsur
sebagai berikut;
1.
Adanya keinginan untuk
berhasil.
2.
Kejelasan tindakan yang
harus diambil/dianjurkan.
3.
Keyakinan bahwa perubahan
yang dianjurkan akan membawa hasil positif.
4.
Keyakinan adanya kesempatan
yang sama bagi semua anggota.
5.
Keinginan akan adanya
kebebasan untuk menentukan ,menolak ataupun menerima apa yang dianjurkan.
6.
Adanya tendensi untuk
menilai (berdasarkan moral dan etika yang dianutnya) apa yang dianjurkan
sebelum melaksanakan.
Supervisi.
Setiap
pelaksanaan program pendidikan memerlukan adanya pengawasan atau
supervise,dimana pengawsan bertanggung jawab tentang kefektifan program.Oleh
karena itu supervise haruslah meneliti ada tidaknya kondisi-kondisi yang akan
memungkinkan tercapainya tujuan-tujuan pendidikan.
Dengan
kata kata lain fungsi terpenting supervise adalah sebagai berikut;
1.
Menentukan kondisi-kondisi
atau syarat-syarat apakah yang diperlukan.
2.
Memenuhi/mengusahan
syarat-syarat yang di perlukan.
Kepegawaian.
Masalah
yang diperlukan dalam didalam kegiatan-kegiatan kepegawaian ialah pemberian
motivasi kepada para pegawai agar selalu bekerja giat,kesejahteraan pegawai,insentif
dan penghargaan atau jasa-jasa mereka.Kondite dan bimbingan untuk dapat lebih
maju.kemudian adanya kesempatan untuk mengapgrade diri,masalah pemberhentian
dan pensiun pegawai.
Pembiayaan.
Pembiayaan
ini dapat diibarakan bensin bagi sebuah mobil atau motor. Mengingat pentingnya
biaya bagi setiap organisasi ,tanpa biaya yang mencukupi tidak mungkin terjamin
kelancaran jalannya suatu organisasi.
Ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembiayaan adalah sebagai berikut;
1.
Rencanakan tentang beberapa
pembiayaan yang diperlukan,
2.
Dari mana dan bagaimana
biaya itu dapat diperoleh/diusahakan.
3.
Bagaimana penggunaannya.
4.
Siapa yang melaksanakannya.
5.
Bagaimana pembukuan dan
pertanggung jawabannnya.
6.
Bagaimana pengawasan dan
lain-lain.
Penilaian.
Evaluasi
sebagai fungsi administrasi pendidikan adalah aktivitas untuk meneliti dan
mengetahui sampai dimana pelaksanaan yang dilakukan didalam proses keseluruhan
organisasi dalam mencapai hasil yang sesuai dengan rencana atau program yang
telah ditetapkan dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan.Dengan kata lain
supervise atau evaluasi selanjutnya dapat diusahakan bagaimana cara-cara
memperbaikinya.
B.
SUPERVISI
1.
Pengertian
Supervisi
Supervisi di adopsi dari bahasa Inggris “supervision” yang berarti
pengawasan/kepengawasan. Super berarti atas, lebih dan visi berarti
lihat/penglihatan, pandangan. Orang yang mengerjakan supervisi disebut supervisor
(Ary H. Gunawan (1996: 193). Menurut konsep kuno supervisi dilaksanakan dalam
bentuk “inspeksi” atau mencari kesalahan. Sedangkan pandangan modern supervisi
adalah usaha untuk memperbaiki situasi belajar mengajar, yaitu sebagai bantuan
bagi guru dalam mengajar untuk membantu siswa agar lebih baik dalam belajar. Menurut
Burton (1955: 1) secara umum supervisi berarti upaya bantuan yang diberikan
kepada guru dalam melaksanakan tugas
profesionalnya, agar guru mampu membantu para siswanya dalam belajar untuk menjadi lebih baik dari sebelumnya. Supervisi merupakan suatu teknis pelayanan profesional dengan tujuan utama mempelajari dan memperbaiki bersama-sama dalam membimbing dan mempengaruhi pertumbuhan anak. Menurut Kimbal Wiles (1955) menegaskan bahwa supervise berusaha untuk memperbaiki situasi-situasi belajar mengajar, menumbuhkan kreativitas guru, memberi dukungan dan mengikutsertakan guru dalam kegiatan sekolah, sehingga menumbuhkan rasa memiliki bagi guru. Adapun personel yang menjalankan kegiatan supervisi disebut supervisor.
Dengan demikian administrasi dan supervisi merupakan sebagian dari proses pendidikan yang tidak bisa ditinggalkan, namun masih banyak yang memahami bahwa administrasi termasuk yang sering menghambat dalam proses belajar mengajar. Dimana administrasi sering diartikan secara sempit yakni kegiatan
ketatausahaan dan surat menyurat, padahal administrasi merupakan proses untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah direncanakan, sebagaimana juga supervisi. Supervisi dalam pendidikan telah lama dikenal namun tidak semua orang dalam dunia pendidikan mengerti apa hakekat supervisi itu sendiri. Supervisi disamakan dengan pekerjaan mengawasi, supervisi lebih banyak mengawasi daripada berbagai ide pengalaman. Guru cenderung menjadi resah dan takut apabila mereka diawasi, sehingga kenbanyakan guru tidak suka disupevisi walaupun hal itu merupakan bagian proses pendidikan. Jadi supervisi mempunyai pengertian yang luas, dimana segala bantuan dari pimpinan sekolah, yang tertuju kepada perkembangan
kepemimpinan guru-guru dan personal sekolah lainnya di dalam mencapai tujuan pendidikan. Dengan kata lain dapat disimpulkan dari beberapa pendapat bahwa supervisi ialah suatu aktivitas pembinaan yang direncanakan untuk membantu para guru dan pegawai sekolah lainnya dalam melakukan pekerjaan mereka secara efektif. Peningkatan kinerja guru ditentukan oleh tingkat keberhasilan peran
kepala sekolah, dalam hal ini kepala sekolah sebagai administrator dan supervisor. Sementara itu pembinaan yang dilakukan oleh kepala sekolah diantaranya adalah membenahi kekurangan dan kelemahan dalam melaksanakan tanggung jawab yang diembannya. Sedangkan strategi yang dapat diterapkan oleh kepala sekolah diantarannya adalah menerapkan arah tindakan dan cara yang sifatnya mendasar melalui perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi, itu semua diharapkan untuk meningkatkan kualitas dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tujuan yang ditetapkan. Kepala sekolah sebagai pimpinan puncak lembaga pendidikan
berkewajiban memberikan arahan, bimbingan, motivasi, pembinaan, peningkatan dan pengembangan para guru dan staf tata usaha, serta menumbuhkan kreatifitas dan produktivitas yang tinggi untuk hasil yang maksimal.
profesionalnya, agar guru mampu membantu para siswanya dalam belajar untuk menjadi lebih baik dari sebelumnya. Supervisi merupakan suatu teknis pelayanan profesional dengan tujuan utama mempelajari dan memperbaiki bersama-sama dalam membimbing dan mempengaruhi pertumbuhan anak. Menurut Kimbal Wiles (1955) menegaskan bahwa supervise berusaha untuk memperbaiki situasi-situasi belajar mengajar, menumbuhkan kreativitas guru, memberi dukungan dan mengikutsertakan guru dalam kegiatan sekolah, sehingga menumbuhkan rasa memiliki bagi guru. Adapun personel yang menjalankan kegiatan supervisi disebut supervisor.
Dengan demikian administrasi dan supervisi merupakan sebagian dari proses pendidikan yang tidak bisa ditinggalkan, namun masih banyak yang memahami bahwa administrasi termasuk yang sering menghambat dalam proses belajar mengajar. Dimana administrasi sering diartikan secara sempit yakni kegiatan
ketatausahaan dan surat menyurat, padahal administrasi merupakan proses untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah direncanakan, sebagaimana juga supervisi. Supervisi dalam pendidikan telah lama dikenal namun tidak semua orang dalam dunia pendidikan mengerti apa hakekat supervisi itu sendiri. Supervisi disamakan dengan pekerjaan mengawasi, supervisi lebih banyak mengawasi daripada berbagai ide pengalaman. Guru cenderung menjadi resah dan takut apabila mereka diawasi, sehingga kenbanyakan guru tidak suka disupevisi walaupun hal itu merupakan bagian proses pendidikan. Jadi supervisi mempunyai pengertian yang luas, dimana segala bantuan dari pimpinan sekolah, yang tertuju kepada perkembangan
kepemimpinan guru-guru dan personal sekolah lainnya di dalam mencapai tujuan pendidikan. Dengan kata lain dapat disimpulkan dari beberapa pendapat bahwa supervisi ialah suatu aktivitas pembinaan yang direncanakan untuk membantu para guru dan pegawai sekolah lainnya dalam melakukan pekerjaan mereka secara efektif. Peningkatan kinerja guru ditentukan oleh tingkat keberhasilan peran
kepala sekolah, dalam hal ini kepala sekolah sebagai administrator dan supervisor. Sementara itu pembinaan yang dilakukan oleh kepala sekolah diantaranya adalah membenahi kekurangan dan kelemahan dalam melaksanakan tanggung jawab yang diembannya. Sedangkan strategi yang dapat diterapkan oleh kepala sekolah diantarannya adalah menerapkan arah tindakan dan cara yang sifatnya mendasar melalui perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi, itu semua diharapkan untuk meningkatkan kualitas dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tujuan yang ditetapkan. Kepala sekolah sebagai pimpinan puncak lembaga pendidikan
berkewajiban memberikan arahan, bimbingan, motivasi, pembinaan, peningkatan dan pengembangan para guru dan staf tata usaha, serta menumbuhkan kreatifitas dan produktivitas yang tinggi untuk hasil yang maksimal.
2.
Tujuan Supervisi Pendidikan
Dalam
melakukan suatu pekerjaan orang yang terlibat dalam pekerjaan itu harus
mengetahui dengan jelas apakah tujuan pekerjaan itu, yaitu apa yang hendak dicapai.
Dibidang pendidikan dan pengajaran seorang supervisor pendidikan harus
mempunyai pengetahuan yang cukup jelas tentang apakah tujuan supervisi itu.
Tujuan umum supervisi pendidikan adalah memperbaiki situasi belajar mengajar,
baik belajar para siswa, maupun situasi mengajar guru. Wiles dan W.H. Burton
sebagaimana dikutip oleh Burhanuddin mengungkapkan bahwa tujuan supervisi
pendidikan adalah .membantu mengembangkan situasi belajar mengajar kearah yang
lebih baik. Tujuan supervise pendidikan tidak lain adalah untuk meningkatkan
pertumbuhan siswa dan dari sini sekaligus menyiapkan bagi perkembangan
masyarakat. Amatembun merumuskan tujuan
supervisi pendidikan (dalam hubungannya dengan tujuan pendidikan nasional)
yaitu membina orang-orang yang disupervisi menjadi manusia-manusia pembangunan yang
dewasa yang berpancasila. Yushak
Burhanuddin mengemukakan bahwa tujuan supervise pendidikan adalah .dalam rangka
mengembangkan situasi belajar mengajar yang lebih baik melalui pembinaan dan
peningkatan profesi mengajar, secara rinci sebagai berikut:
a. Meningkatkan efektifitas dan efisiensi
belajar mengajar
b. Mengendalikan penyelenggaraan bidang
teknis edukatif disekolah sesuai dengan
ketentuan-ketentuan dan kebijakan
yang telah ditetapkan
c. Menjamin agar kegiatan sekolah
berlangsung sesuai dengan ketentuan yang berlaku, sehingga berjalan lancar dan memperoleh
hasil optimal.
d. Menilai keberhasilan sekolah dalam
pelaksanaan tugasnya
e. Memberikan bimbingan langsung untuk
memperbaiki kesalahan, kekurangan, dan kehilafan serta membantu memecahkan
masalah yang dihadapi sekolah, sehingga dapat dicegah kesalahan yang lebih
jauh. Pelaksanaan supervisi dalam lapangan pendidikan pada dasarnya bertujuan
memperbaiki proses belajar mengajar secara total. Dalam hal ini bahwa
tujuan supervisi tidak hanya memperbaiki mutu mengajar guru, akan tetapi juga
membina pertumbuhan profesi guru dalam arti luas termasuk pengadaan fasilitas
yang menunjang kelancaran pembelajaran, meningkatkan mutu pengetahuan dan keterampilan
guru, memberikan bimbingan dan pembinaan dalam pelaksanaan kurikulum, pemilihan
dan penggunaan metode mengajar dan teknik evaluasi pengajaran.
3.
Fungsi Supervisi Pendidikan
Tujuan-tujuan
yang telah ditetapkan dalam suatu proses kerjasama hanyalah merupakan cita-cita
yang masih perlu diwujudkan melalui tindakan-tindakan yang nyata. Begitu juga
seorang supervisor dalam merealisasikan program supervisinya memiliki sejumlah
tugas dan tanggungjawab yang harus dijalankan secara sistematis. Menurut
W.H. Burton
dan Leo. J. Bruckner sebagaimana dikutip oleh Piet A. Sahertian menjelaskan
bahwa fungsi utama supervisi adalah menilai dan memperbaiki faktor-faktor yang
mempengaruhi hal belajar. Menurut Swearingen, terdapat 8 (delapan) hal
yang menjadi fungsi supervisi pendidikan yakni:
a. Mengkoordinasikan semua usaha
sekolah
b. Memperlengkapi kepemimpinan sekolah
c. Memperluas pengalaman guru-guru
d. Menstimulasi usaha-usaha yang
kreatif
e. Memberi fasilitas dan penilaian yang
terus menerus
f. Menganalisis situasi belajar mengajar
g. Memberikan pengetahuan dan
keterampilan kepada setiap anggota staf
h.
Mengintegrasikan tujuan pendidikan dan membantu meningkatkan
mengajar guru-guru.
Sesuai dengan fungsinya, supervisi
harus bisa mengkoordinasikan semua usaha-usaha yang ada dilingkungan sekolah.
Ia bisa mencakup usaha setiap guru dalam mengaktualisasikan diri dan ikut
memperbaiki kegiatan-kegiatan sekolah. Dengan demikian perlu dikoordinasikan
secara terarah agar benar-benar mendukung kelancaran program secara
keseluruhan. Usaha-usaha tersebut baik dibidang administrasi maupun edukatif,
membutuhkan keterampilan supervisor untuk mengkoordinasikannya, agar terpadu
dengan sasaran yang ingin dicapai. Oteng Sutisna mengemukakan beberapa fungsi
supervisi :
a. Sebagai penggerak perubahan
b. Sebagai program pelayanan untuk
memajukan pengajaran
c. Sebagai keterampilan dalam hubungan
manusia
d. Sebagai kepemimpinan kooperatif.
Supervisi sebagai penggerak
perubahan ditujukan untuk menghasilkan perubahan manusia kearah yang
dikehendaki, kemudian kegiatan supervisi harus disusun dalam suatu program yang
merupakan kesatuan yang direncanakan dengan teliti dan ditujukan kepada
perbaikan pembelajaran. Terkait dengan itu, proses bimbingan dan pengendali
maka supervisi pendidikan menghendaki agar proses pendidikan dapat berjalan
lebih baik efektif dan optimal. Adapun indikasi lebih baik itu diantaranya
adalah:
a. Lebih mempercepat tercapainya tujuan
b. Lebih memantapkan penguasaan materi
c. Lebih menarik minat belajar siswa
d. Lebih baik daya serapnya
e. Lebih banyak jumlah siswa yang
mencapai ketuntasan belajar
f. Lebih mantap pengelolaan
administrasinya
g. Lebih mantap pemanfaatan media
belajarnya.
Menurut Zakiah Drajat ada tiga
fungsi supervisor yaitu .fungsi kepemimpinan, fungsi pembinaan dan fungsi
pengawasan. Fungsi kepemimpinan kepala sekolah bertindak sebagai pencipta
hubungan yang harmonis dikalangan guru-guru dan karyawan, pendorong bagi
kepribadian guru dan karyawan sebagai pelaksana kegiatan belajar, pelaksana
dalam pengawasan, dan pelaksana dalam penempatan atau pemberian tugas dan
tanggung jawab terhadap guru dan karyawan. Fungsi pembinaan berarti kepala
sekolah meningkatkan kemampuan profesi guru dalam bidang pengajaran, bimbingan
dan penyuluhan dalam bidang pengelolaan kelas. Sedangkan fungsi pengawasan
diartikan sebagai membina pengertian melalui komunikasi dua arah lebih menjamin
terlaksananya kegiatan sesuai dengan program kerja. Jadi dari beberapa pendapat
diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa inti dari fungsi supervisi pendidikan
adalah ditujukan untuk perbaikan dan peningkatan pembelajaran.
4.
Tipe Supervisi
Burton dan Brueckner mengemukakan adanya lima tipe
supervisi:
a. Supervisi Sebagai Inspeksi
Biasanya
berlaku pada tipe kepemimpinan otokratis, karena dalam supervisi ini ia
bertindak sebagai inspektur pengawas yang bertugas mengawasi.
b. Laises Faire
Tipe ini
adalah kebalikan tipe sebelumnya, yaitu pemberian kebebasan pada guru dalam
pelaksanaan pembelajaran, tanpa adanya bimbingan dan petunjuk.
c. Coercive Supervision
Tidak jauh
berbeda dengan tipe inspeksi, tipe ini bersifat pemaksaan kehendak / otoriter,
namun untuk pelaksanaan hal-hal yang bersifat awal, tipe ini cukup baik.
d. Training and Guidance
Pada tipe
ini, supervisor bertugas memberikan bimbingan dan pelatihan pada bawahan
mengenai pelaksanaan kegiatan. Namun, kelemahannya adalah terkadang pemberian
petunjuk bersifat kolot dan cenderung statis.
e. Demokratis
Seperti namanya, tipe ini bersifat demokratis juga dalam pelaksanaan supervisi. Pada tipe ini juga berlaku sistem pendistribusian dan pendelegasian.
Seperti namanya, tipe ini bersifat demokratis juga dalam pelaksanaan supervisi. Pada tipe ini juga berlaku sistem pendistribusian dan pendelegasian.
5.
Prinsip Supervisi
Seorang pemimpin pendidikan yang
berfungsi sebagai supervisor dalam melaksanakan supervisi hendaknya bertumpu
pada prinsip supervisi sebagai berikut:
1)
Ilmiah (scientific) yang mencakup unsur-unsur sebagai
berikut :
a. Sistematis, yaitu dilaksanakan
secara teratur, berencana dan kontinyu.
b. Objektif artinya data yang didapat
berdasarkan pada observasi nyata, bukan tafsiran pribadi.
c. Menggunakan alat/instrumen yang
dapat memberikan informasi sebagai umpan balik untuk mengadakan penilaian
terhadap proses belajar mengajar.
2)
Demokratis : Menjunjung tinggi asas musyawarah. Memiliki
jiwa kekeluargaan yang kuat, serta sanggup menerima pendapat orang lain
3)
Kooperatif :Seluruh staf sekolah dapat bekerja sama,
mengembangkan usaha bersama dalam menciptakan situasi belajar mengajar yang
lebih baik.
4)
Konstruktif dan kreatif : Membina inisiatif guru serta
mendorongnya untuk aktif menciptakan suasana dimana tiap orang merasa aman dan
dapat mengembangkan potensi-potensinya.
Disamping
prinsip itu dapat dibedakan juga prinsip positif dan prinsip negatif.
1)
Prinsip positif, yaitu prinsip yang patut kita ikuti :
a. Supervisi harus dilaksanakan secara demokratis
dan kooperatif
b. Supervisi harus kreatif dan
konstruktif
c. Supervisi harus scientific dan
efektif
d. Supervisi harus dapat memberi perasaan
aman kepada guru-guru
e. Supervisi harus berdasarkan
kenyataan
f. Supervisi harus memberi kesempatan
kepada guru mengadakan Self Evolution.
2)
Prinsip Negatif, yaitu prinsip yang tidak patut kita ikuti
a. Seorang supervisor tidak boleh
bersifat otoriter
b. Seorang supervisor tidak boleh
mencari kesalahan pada guru-guru
c. Seorang supervisor bukan inspektur
yang ditugaskan memeriksa apakah peraturan dan instruksi yang telah diberikan dilaksanakan
dengan baik.
d. Seorang supervisor tidak boleh
menganggap dirinya lebih tinggi dari para guru.
e. Seorang supervisor tidak boleh
terlalu banyak memperhatikan hal kecil dalam cara guru mengajar.
f. Seorang supervisor tidak boleh lekas
kecewa jika mengalami kegagalan.
Bila prinsip-prinsip diatas diterima
maka perlu diubah sikap para pemimpin pendidikan yang hanya memaksa bawahannya,
menakut-nakuti dan melumpuhkan kreatifitas dari anggota staf. Sikap korektif
harus diganti dengan sikap kreatif yaitu sikap yang menciptakan situasi dan
relasi dimana orang merasa aman dan tenang untuk mengembangkan kreatifitasnya.
6.
Teknik Supervisi Pendidikan
Dalam usaha meningkatkan program sekolah, kepala sekolah
sebagai supervisor dapat menggunakan berbagai teknik atau metode supervisi
pendidikan. Supervisi dapat dilakukan dengan berbagai cara, dengan tujuan agar
apa yang diharapkan bersama dapat tercapai. Teknik supervisi pendidikan berarti
suatu cara atau jalan yang digunakan supervisor pendidikan dalam memberikan pelayanan
atau bantuan kepada para supervisor.
Hendyat Soetopo membagi teknik supervisi menjadi empat
bagian yaitu: Teknik Kelompok, Teknik Perseorangan, Teknik langsung, dan Teknik
Tidak Langsung. Kemudian Baharuddin Harahap mengemukakan teknik supervisi
meliputi : Teknik Individual, Teknik Kelompok, Teknik Lisan, Teknik Tulisan,
Teknik langsung dan Teknik Tak Langsung. Yang dimaksud dengan teknik
perseorangan adalah supervisi yang dilakukan secara individual. Beberapa
kegiatan yang akan dilakukan yaitu :
1)
Mengadakan Kunjungan Kelas (Class room Visitation). Ada 3
macam kunjungan kelas:
a.
Kunjungan tanpa diberitahu (unannounced visitation),
supervisor tiba-tiba datang kekelas tanpa diberitahu terlebih dahulu.
b.
Kunjungan dengan cara memberitahu terlebih dahulu (announced
visitation)
c.
Kunjungan atas undangan
2)
Mengadakan kunjungan observasi (Observation Visit). Ada 2
macam observasi kelas:
a.
Observasi langsung (direck observation)
b.
Observasi tak langsung (indireck observation)
3)
Membimbing guru-guru tentang cara-cara mempelajari pribadi
siswa atau mengatasi masalah yang dialami siswa.
4)
Membimbing guru-guru dalam hal-hal yang berhubungan dengan
pelaksanaan kurikulum sekolah antara lain :
a.
Menyusun program catur wulan/ program semester
b.
Menyusun atau membuat program satuan pelajaran
c.
Mengorganisasi kegiatan-kegiatan pengelolaan kelas
d.
Melaksanakan teknik-teknik evaluasi pengajaran
e.
Menggunakan media dan sumber dalam PBM
f.
Mengorganisasi kegiatan siswa dalam bidang ektrakurikuler,
studi tour dan sebagainya.
Sedangkan teknik kelompok adalah suatu cara pelaksanaan
program supervisi yang ditujukan pada dua orang atau lebih. Bentuk-bentuk
teknik yang bersifat kelompok ini, diantaranya yang paling pokok adalah :
a.
Dengan mengadakan pertemuan atau rapat dengan guru-guru
untuk
b.
membicarakan berbagai hal yang berhubungan dengan proses dan
hasil belajar siswa.
c.
Mengadakan dan membimbing diskusi kelompok diantara
guru-guru bidang studi.
d.
Memberikan kesempatan kepada guru-guru untuk mengikuti
penataran yang
e.
sesuai dengan bidangnya.
f.
Membimbing guru-guru dalam mempraktekkan hasil-hasil
penataran yang telah diikuti.
Adapun teknik kelompok diantaranya yang umum dikenal adalah
:
a.
Pertemuan orientasi bagi guru baru.
b.
Kepanitiaan
c.
Rapat Guru
d.
Diskusi
e.
Tukar menukar pengalaman (sharing of experience).
f.
Loka Karya (workshop)
g.
Diskusi Panel
h.
Seminar
i.
Simposium.
Teknik langsung adalah teknik yang digunakan secara langsung
seperti penyelenggaraan rapat guru, workshop, kunjungan kelas, mengadakan
converence. Sedangkan teknik tidak langsung adalah teknik yang dilakukan secara
tidak langsung misalnya melalui bulletin board, questioner. Teknik lisan adalah
supervisi yang dilakukan secara tatap muka misalnya, supervisor mendiskusikan
hasil observasi yang dilakukan guru, rapat dengan guru membicarakan hasil
evaluasi belajar. Sedangkan teknik tulisan adalah supervisi yang dilakukan
dengan menggunakan tulisan misalnya dalam kegiatan observasi untuk memperoleh
data yang objektif tentang situasi belajar mengajar, supervisi menggunakan
alat-alat observasi berbentuk chek-list atau daftar sejumlah pertanyaan
(evaluatif chek-list).
DAFTAR
PUSTAKA
Ahmad Rohani dan Abu Ahmadi, Pedoman penyelenggaraan
Administrasi pendidikan, (Surabaya : Usaha Nasional, 1981) cet Ke-1. Baharuddin
Harahap, Supervisi Pendidikan, (Jakarta : PT. Ciawi Jaya, 1983).
Burhanuddin, Analisis Administrasi Manajemen dan
Kepemimpinan pendidikan (Jakarta : Bumi Aksara, 1994).
Hadari Nawawi, Administrasi pendidikan, (Jakarta : CV. Haji
Masagung, 1989). Cet. Ke-1.
Hendiyat Soetopo dan Wasti Soemanto, Kepemimpinan dan
Supervisi Pendidikan, (Jakarta Bumi Aksara, 1998), Cet Ke-2.
Imam Soepandi, Dasar-dasar Administrasi Pendidikan,
Universitas Jember Depdikbud Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Proyek
Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan, (Jakarta : 1998).
N.A. Ametembun, Supervisi Pendidikan Penuntun Para Penilik
Pengawas dan Guru-guru (Bandung : Suri, 2000), Edisi ke-5.
Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan,
(Jakarta : Remaja Rosdakarya, 2000).
Oteng Sutisna, Administrasi dan Supervisi Pendidikan Dasar dan Teoritis Untuk Praktek Profesional, (Bandung : Angkasa 1989), Edisi Ke-5.
Oteng Sutisna, Administrasi dan Supervisi Pendidikan Dasar dan Teoritis Untuk Praktek Profesional, (Bandung : Angkasa 1989), Edisi Ke-5.
Parsono, et.al, Landasan Kependidikan, (Jakarta :
Universitas Terbuka 1992).
Piet A. Sahertian, Supervisi Pendidikan, (Jakarta : Rineka Cipta 2000), Cet. Ke-1.
Piet. A. Sahertian dan Frans Mataheru, Prinsip dan Teknik Supervisi Pendidikan, (Surabaya :Usaha Nasional, 1981) Cet Ke-1.
Piet A. Sahertian, Supervisi Pendidikan, (Jakarta : Rineka Cipta 2000), Cet. Ke-1.
Piet. A. Sahertian dan Frans Mataheru, Prinsip dan Teknik Supervisi Pendidikan, (Surabaya :Usaha Nasional, 1981) Cet Ke-1.
Soekarto Indra Fachrudi, Bagaimana Memimpin Sekolah Yang
Baik, (Jakarta : Ghalia Indonesia), Cet. Ke-3.
Subari, Supervisi Pendidikan Dalam Rangka Perbaikan Situasi
Belajar Mengajar, (Jakarta :Bumi Aksara, 1994).
What is the best slot machine by 【6718239.com】
BalasHapusFind the best casino site ➤ luckyclub Best slot machine reviews for Indian players ✚ Popular slots ✓ Best bonuses ✓ High RTP casinos ✓ Live casino for US